Hari
ini 18 Nov 2019, atau tepat 6 hari dari peringatan hari Ayah / Father’s Day yang secara masal
diperingati di Indonesia setiap tanggal 12 Nov. Hal ini berbeda halnya dengan
sebagian besar negara-negara di dunia yang memperingati Hari Ayah atau Father's
Day pada Minggu di pekan ke tiga bulan Juni. Momen hari ayah di berbagai negara
sudah mulai diperingati sejak awal abad ke-12 dengan makna sebagai hari untuk
menghormati Ayah. Di Amerika Serikat misalnya, budaya merayakan Hari Ayah sudah
dimiliki sejak Juni 1910 di Negara Bagian Washington. Di beberapa negara Eropa
dan Amerika Latin, para Ayah diberi penghargaan setiap 19 Maret (St Joseph's
Day).
Bicara
soal ayah atau saya sangat akrab dengan istilah Bapak, itu sangat menguras
emosi, ini bukan emosi dalam artian yang sesungguhnya, tapi lebih cenderung ke
sisi emosioanal yang membuat saya terlihat sangat cengeng.
Lahir
di keluarga yang normal dengan ekonomi ya bisa dibilang tidak mapan-mapan amat
dan juga tidak amat-amat susah. Ya normal saja. Kalau dilaihat dari sudut
pandang saat ini, bisa saya bilang pas-pasan lah, tapi hebatnya, kami
sekeluarga tidak ada yang merasa susah tuuuhhh. Dan pada masa kini, saya akui
itulah hebatnya Bapak dan Ibu saya dengan segala kekurangan beliau yang sudah
sangat lama saya pribadi memaafkan, beliau mampu membesarkan hati saya dan
keluarga dengan tidak merasa minder, dan entah apapun itu yang namanya tidak
PeDe.
Saya
sangat fasih kalau ditanya soal ditanya soal pendapatan keluarga setiap
bulannya, ya karena memang begitu keluarga kami, setiap awal bulan selalu ada
sejenis rapat, hahahahha,,; bukan rapat dalam arti sesungguhnya ya, tapi lebih
tepatnya bagi-bagi. Disitu jelas Ibu berapa, Bapak berapa, dan saya berapa, lo
ko saya dapat, yes karena saya memang dibiasakan dapat uang saku langsung 1
bulan, saya pikir ajaran Bapak ini bagus, jadi saya bisa mengatur uang bulanan
sendiri. Dalam istilah keren sekarang-sekarang inim sering kita mendengan dari
pakar finacial plan dalam keluarga, maka yang pertama adalah bayarlah dirimu
baru kemudian yang lain, bisa ditebak yang Bapak saya lakukan adalah dia
membayar dirinya sendiri dengan menabung ke tabungan saya, agar nantinya bisa
digunakan untuk biaya kuliah. This is perfect sample of hope, disitu saya sudah
mulai belajar apa itu prioritas, ya dari kebiasaan Bapak saya waktu bagi-bagi
itu. Mungkin cerita lengkap nya akan saya bagi ditulisan lain.
Teringat
saat saya beranjak SMP, saya masuk ke salah satu SMP favorit lah ditempat saya
tinggal di kecamatan kecil di cilacap barat, dengan bangga saya sebut brand
dahhh ,,,,,,tararrrrarrara yesssss itu adalah SMPN 1 Sidareja. Hanya anak-anak
dengan rata-rata “XX” yang bisa masuk, hehehehehe
Saya
selalu dibelikan peralatan sekolah dengan kualitas nomer wahid lah, tapi itu
yang ada di tempat saya yah, kalau dibandingkan apa yang ada dikota mungkin
lain cerita, tapi itu lah Bapak, selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk
anaknya, dan ini jadi pakem alam bawah sadar saya yang wajib saaya tiru untuk
anak saya.
Sebelum
bekerja pada pekerajaan saat ini, dulu Bapak mencari nafkah dengan beberapa
profesi, ingat dulu Ibu pernah cerita kalau Bapak pernah bekerja di negri
seberang (Malaysia), tapi saya kurang begitu bisa mengingat, soalnya saya masih
kecil, kemudian setelahnya Bapak bekerja “proyean” di Jakarta, dan ini pun
tidak menentu juga, sampai pada tahun 2006, Bapak mulai tetap bekerja karena
saudara saya dapat manpower supply
contract untuk perusahaan gas di Bekasi, ini harus saya ceritakan karena
ini merupakan insfrastruktur rejeki bagi keluarga saya sampai pada akhirnya
saya dan adik saya bisa kuliah dari hasil Bekerja disini. Beliau yang saya
anggap sangat berjasa dan berpengaruh terhadap infrastruktur rekeki keluarga
adalah Enyang No (Cahyono) saya memanggilnya yaitu pemilik Perusahaan PT.
Gregah Sukses Mandiri Engineering dimana Bapak saja terhitung dari 2006 sampai
dengan saat ini bernaung.Kebiasaan
bertemu Bapak satu bulan sekali, itu pun tidak terlalu lama paling 3 hari,
berjalan sampai saya lulus SMA.
Sampai
pada titik dimana saya akan menikah pada tahun 2012, ini momen yang membuat
saya sangat haru, dan payahnya baru saya rasakan beberapa waktu setelah saya
menikah, singkat cerita pada saat saya akan menikah, secara pribadi saya tidak ada uang,
ya wong kuliah ajah belum lulus, walau memang saya sudah bekerja sebelumnya
tapi karena ada satu dan lain hal uang yang sudah saya kumpulkan raib tinggal
400 ribu direkening, tapi ya sudahlah itu pelajaran hidup. Kembali ke urusan
saya akan menikah, saya sangat tahu ekonomi keluarga saat itu yang sangat
jarang punya dana mengendap dalam jumlah yang besar kecuali dana kuliah saya
dan adik. Sampai pada akhirnya saya tahu uang yang digunakan untuk biaya beli
ini itu dan sebagainya bersumber dari mana, hemmmm nyesek dehhh kannnnnnn.
Terimakasih
Bapak, Terimakasih Ibu atas segala yang diberikan selama ini.
Janji
saya yang saya catat besar-besar dan jadi goal saya dan saya tanamkan di alam
bawah sadar saya, salah satu nya , saya akan jamin kehidupan orang tua saya
(dua pasang ya, orang tua dan mertua) bahagia di masa tua nya. Tidak ada
keraguan dalam hidup saya untuk itu.
Sampai
pada titik, semoga di lekaskan untuk bisa terwujud yang selalu saya ulangi dan
sering saya ceritakan ke istri saya, tuliskan pada satu lembar dream book saya.
AMIN-AMIN
YRA